(Ilam pratitis / 4301410053)
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah isi pendidikan yang telah dipilih, disusun dan dirancang atau direncanakan untuk ditransfer (ditransmisi dan ditransformasi) dalam proses pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Jadi kurikulum adalah isi pendidikan yang diajarkan (what is taught) atau dididikkan (what is educated). Isi pendidikan itu berupa pengetahuan (knowledge), pemahaman, ilmu, sikap, dan keterampilan. Isi pendidikan tersebut disusun dari apa yang diyakini sebagai baik dan benar, yang bernilai, yang bermanfaat, yang dicita-citakan, oleh masyarakat (keluarga, lembaga/yayasan, bangsa atau Negara) di mana pendidikan itu berada. Dengan demikian kurikulum itu tergantung pada falsafah, pandangan, hidup, ideology, keyakinan, dan sikap masyarakat yang bersangkutan.
2. Kurikulum sebagai Isi Pendidikan yang Terpilih
Kurikulum pendidikan merupakan masalah pengetahuan, untuk mengetahui apa dan bagaimana, yang terkait dengan keyakinan dan sikap, yang ingin diajarkan kepada anak didik demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Pengetahuan itu sangat luas sehingga tidak mungkin semua pengetahuan masuk dalam kurikulum pendidikan. Oleh karena itu kurikulum harus dipilih hingga menjadi isi pendidikan yang terpilih. Masalahnya adalah, criteria apa yang digunakan dalam pemilihan tersebut.
Ada beberapa criteria yang digunakan. Criteria itu antara lain (a) kesesuaian dengan falsafah, pandangan hidup, ideology, keyakinan dan sikap masyarakat, (b) kesesuaian dengan waktu yang tersedia, dan (c) manfaat bagi anak didik.
Falsafah, pandangan hidup, ideology dan keyakinan dan sikap masyarakat, menjadi ukuran dan norma utama dalam pemilihan kurikulum. Kurikulum dipilih untuk mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikannya. Tujuan pendidikan itu tidak terlepas dari apa yang diyakini sebagai baik dan benar, karenanya merupakan hal yang dicita-citakan dan diharapkan, yang menjadi landasan dalam bersikap dan bertindak.
Waktu yang tersedia, juga dapat menjadi criteria (ukuran, norma) dalam memilih criteria pendidikan. Pada umumnya orang memiliki waktu terbatas untuk melaksanakan pendidikan. Memang, dalam pendidikan ari luas, tidak ada batasan waktu, pendidikan berlangsung secara informal dalam sepanjang hayat, sejak dalam kandungan (bahkan sebelumnya) atau sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam pendidikan arti khusus atau arti sempit, yaitu pengajaran atau pembelajaran disekolah, yang dilaksanakan secara formal, waktu menjadi terbatas dan disesuaikan dengan jenjang atau tingkatannya. Untuk itu diperlukan pemilihan kurikulum yang harus diajarkan.
Manfaat bagi anak didik, merupakan criteria pemilihan kurikulum pendidikan. Secara normative, pendidikan harus berpusat pada anak didik, untuk pertumbuhan dan perkembangan anak didik, demi kepentingan anak didik dan sesuai kebutuhan anak didik. Kurikulum seharusnya membuat anak didik belajar secara bermakna, mampu membelajarkan anak didik hingga menjadi pribadi yang terdidik atau terpelajar, mencapai tujuan pendidikannya. Bagaimana pun apa yang bermanfaat, yang berarti, yang bermakna bagi anak didik itu juga terlalu banyak, maka masalahnya adalah memilih kurikulum yang paling berguna, bermakna bagi anak didik. Apa yang bermakna bagi anak didik itu sendiri ternyata berbeda – beda sesuai dengan sudut pandang masyarakatnya atau ahli pendidikan itu sendiri.
3. Teori Isi Kurikulum Pendidikan
Masalah utama tentang isi kurikulum pendidikan bukanlah pengetahuan apa yang dimasukkan dalam kurikulum, melainkan landasan dan dasar apa yang dipergunakan untuk mempertahankan kurikulum tersebut. Kurikulum terkait dengan pendidikan arti khusus, yaitu pembelajaran dan pengajaran di sekolah. Di sekolah telah terpilih beberapa subjek (mata pelajaran) sebagai pengetahuan yang diyakini paling bermanfaat dan bermakna, seperti: matematika, ilmu pengetahuan alam, sejarah, geografi, kesenian, dan agama atau moral. Masalahnya, mengapa atau atas dasar apa pengetahuan tersebut diyakini sebagai bermakna dalam pendidikan. Mengapa mata pelajaran atau disiplin ilmu yang satu diyakini lebih bermakna daripada yang lain? Itulah yang menjadi kawasan atau ruang lingkup dari teori kurikulum.
a. Kurikulum Utilitarian
Kata “utilitarian” secara kasar dapat dimaknai dalam dua arti yang berbeda tetapi terkait, yaitu “bermanfaat” dan “kondusif bagi kebahagiaan umat manusia”.
Kurikulum ini dimasukkan sebagai mata pelajaran berdasarkan keyakinan bahwa mata pelajaran tersebut bermanfaat bagi anak didik. Misalnya, matematika diyakini bermanfaat bagi pekerja, rumah tangga, insinyur dan ilmuwan. Begitu pula dengan mata pelajaran yang lain, seperti sejarah, geografi, seni, moral dan agama. Tentang manfaat dan kebahagiaan juga memiliki makna yang berbeda. Bagi orang – orang yang beragama memaknai manfaat dan kebahagiaan yang berbeda dari orang – orang atheis-materialis. Kembali kepada apa yang telah dipaparkan, bahwa kurikulum merupakan cerminan dari kepentingan masyarakat, ditentukan oleh falsafah, pandangan hidup, ideologi, keyakinan, dan sikap dari masyarakatnya. Jenis dan tingkat perkembangan masyarakat yang berbeda akan memiliki pandangan yang berbeda tentang apa pengetahuan yang bermanfaat dan membahagiakan itu.
b. Kurikulum untuk Rasionalitas
Adalah isi pendidikan yang dipilih dan ditetapkan untuk menghasilkan pemikiran yang rasional. Kurikulum macam itu telah ada sejak zaman Plato dalam bukunya yang berjudul The Republic (Moore, 1982: 57-59). Dalam buku tersebut kurikulum dirancang untuk menghasilkan manusia yang mampu memahami bentuk – bentuk realitas (kenyataan hidup) yang berada di balik penampilan dunia keseharian. Yang termasuk dalam kurikulum itu antara lain matematika.
Teori kurikulum modern dari P.H. Hirst, meskipun banyak perbedaan yang signifikan, memiliki beberapa persamaan dengan pandangan Plato. Hirst berpendapat bahwa menurut sejarahnya manusia telah mengadopsi cara pandang tertentu terhadap dunia mereka, yang disebut “bentuk – bentuk pengetahuan”. Setiap bentuk memiliki karakteristik struktur konseptualnya sendiri atau suatu cara menarik kesimpulan yang khas.
Rasionalitas merupakan masalah tindakan yang berdasar pada alasan yang baik, dan alas an yang baik itu akhirnya tergantung pada pengetahuan. Tanpa pengetahuan tentang pengalaman manusia, anak tidak akan mampu bertindak dengan alasan yang baik. Orang yang tidak memahami ilmu pengetahuan tidak akan bertindak secara alamiah dan rasional. Seseorang yang belum menguasai seni, music atau sastra tidak akan mampu mengambil keputusan dalam memilih secara rasional dalam idang tersebut, tidak akan mampu bertindak dengan otonomi rasional. Hal yang sama juga akan berlaku dalam masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan dalam agama dan moral. Dengan demikian, pengetahuan akan menjadi paling bermanfaat, yang menyiapkan anak untuk hidup secara rasional, dengan memberikan landasan intelektual kepada mereka sebagai tindakan yang rasional. Kurikulum tradisional ditetapkan demi kepentingan tersebut.
c. Kurikulum Warisan
Inti dari pendidikan adalah mengantarkan anak – anak ke dalam tradisi public yang ada melalui pengetahuan. Tradisi public ini dapat dipandang sebagai salah satu warisan, suatu tingkat kehidupan dalam hal mana semua anggota ras manusia mempunyai suatu kepentingan. Tradisi itu adalah kebudayaan, dan kebudayaan terdiri atas intelektual, estetika, moral dan prestasi material manusia dalam sejarahnya yang panjang. Matematika dan ilmu pengetahuan alam merupakan bagian dari warisan ini, demikian pula dengan music dan lukisan., serta arsitektur, demikian pula dengan moralitas dan pandangan religious.
Untuk dapat bergerak bebas di kawasan tersebut, harus menjadi manusia yang berbeda dengan binatang. Manusia mampu memahami situasinya. Anak dilahirkan tidak dengan pemahaman itu. Mereka dilahirkan sebagai manusia, tetapi mereka lebih dilahirkan sebagai “binatang manusia” (human animal). Pendidikan merupakan salah satu upaya mengubah manusia binatang menjadi manusia yang sebenarnya. Dengan kata lain, pendidikan merupakan upaya untuk mengantarkan anak ke dalam system pengetahuan yang membentuk warisan budaya atau tingkat kehidupan. Kurikulum ditetapkan agar mampu melakukan perubahan budaya tersebut atau dapat digunakan untuk melakukan pewarisan budaya tersebut.
B. Metode Pendidikan
1. Pengertian
Metode dapat diartikan suatu “cara”, sehingga yang dimaksud dengan metode pendidikan adalah cara – cara yang digunakan dalam proses pendidikan (kegiatan pendidikan, tindakan mendidik) agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Cara itu harus dipahami dan dilaksanakan oleh pendidik. Yang perlu ditegaskan dalam hal ini adalah, bahwa tidak ada metode yang paling baik, dan paling benar untuk semua proses pendidikan. Artinya, setiap metode memiliki cirri khasnya tersendiri, bersifat spesifik, khusus, sehingga pendidik harus memilih secara cermat berbagai pertimbangan.
2. Pertimbangan dalam Memilih Metode Pendidikan
Fungsi utama metode pendidikan adalah mengantarkan tindakan mendidik untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif (berdaya guna, sangkil) dan efisien (tepat guna, mangkus). Tercapainya tujuan pendidikan ditentukan oleh beberapa factor. Maka factor – factor berikut yang menjadi pertimbangan.
a. Tujuan yang telah ditetapkan. Metode tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang telah ditetapkan. Jadi tujuan pendidikan turut menentukan metode yang akan digunakan. Tujuan berperan penting dalam menentukan metode pendidikan, tetapi tidak berlaku ungkapan “tujuan menghalalkan segala cara” sebagaimana pernah menjadi sikap penganut paham Komunis; artinya tujuan yang bai harus dicapai dengan cara – cara yang baik pula. Tujuan pendidikan yang berbeda menuntut metode pendidikan ynag berbeda pula.
b. Lingkungan, suasana, dan fasilitas pendidikan. Lingkungan merupakan factor penting dalam pendidikan, maka pemilihan metode pendidikan juga harus disesuaikan dengan lingkungan di mana kegiaan mendidik dan dididik itu terjadi.lingkungan biasanya terkait erat dengan suasana dan fasilitas yang tersedia. Dengan suasana dan fasilitas yang berbada dituntut cara pendidikan ynag berbeda pula. Misalnya, untuk mendidik anak dari desa diperlukan cara yang berbeda dari mendidik anak kota, demikian pula anak kaya dan yang miskin, untuk lingkungan petani, nelayan, pegawai, buruh dan seterusnya.
c. System dan kurikulum pendidikan. System pendidikan terkait dengan kurikulum yang digunakan. Dalam system pendidikan ini, Indonesia pernah berlaku jenis kurikulum, termasuk yang terakhir adalah KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dan KTSP. Dari sitem yang berbeda tersebut, juga pernah menimbulkan model, pendekatan, dan strategi.metode pendidikan yang berbeda, seperti pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), CTL (Contektual Teaching Leaning), Sistem Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematis, Pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan) atau PAIKEM (Pembelajatan Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan). Khusus yang terkait dengan waktu yang tersedia dalam kurikulum, waktu yang berbeda juga , menuntut metode yang berbeda pula, termasuk bila materi yang dididikan sama. Misalnya, metode diskusi, pemberian tugas, penemuan waktu yang menuntut waktu yang lebih lama, sedang metode ceramah tidak baik berlangsung terlalu lama. Untuk waktu pagi – pagi metode ceramah masih efektif, tetapi pada siang hari ceramah harus diselingi dengan humor – humor tertentu.
d. Kebutuhan anak didik. Perlu ditegaskan kembali bahwa pendidikan merupakan bentuk pelayanan anak didik, terpusat pada kepentingan anak didik, maka metode pun harus sesuai dengan kebutuhan anak didik. Kebutuhan anak didik dalam hal ini diartikan sebagai perkembangan anak didik, kemampuan anak didik, situasi dan kondisi anak didik. Misalnya, untuk taman kanak – kanak digunakan metode bercerita, bernyanyi dan bermain. Metode diskusi, studi babas, penemuan lebih efektif untuk anak tingkat menengah dan perguruan tinggi.
e. Kemampuan pendidik. Akhirnya keefektifan metode pendidikan sangat tergantung pada kemampuan pendidik. Kemampuan ini dapat meliputi kemampuan untuk menemukan, memfasilitasi, dan melaksanakannya. Metode yang sebaik apa pun, tanpa disertai dengan kemampuan pendidik menyusun situasi permasalahan dan atau permainan bagi anak; metode diskusi menuntut kemampuan pendidik dalam memimpin diskusi dan memecahkan masalah, dan seterusnya.
Dari berbagai pertimbangan dalam memilih metode pendidikan dapat disimpulkan bahwa (a) ada banyak jenis atau macam metode dalam pendidikan yang masing – masing memiliki ciri khas, (b) karena sifatnya yang khas, setiap metode berlaku secara spesifik atau khusus, artinya untuk waktu, situasi dan kondisi, materi dan tujuan tertentu dan diperlukan metode yang cocok, (c) karena cirri khas yang berlaku secara spesifik maka tidak ada metode yang paling baik dalam semua jenis waktu, situasi, kondisi, materi dan tujuan pendidikan, (d) pendidik harus memahami karakteristik setiap metode dan mampu memilih serta menerapkannya secara baik, dan (e) penerapan metode pendidikan itu memiliki sifat “seni” bukan “resep”, artinya tergantung pada kemampuan individu pendidik, untuk metode yang sama bagi pendidik yang berbeda memiliki keefektifan yang berbeda pula.
3. Macam – macam metode pendidikan
a. Metode Pendidikan. Metode ini terkait dengan pendidikan arti umum, maka juga dapat disebut sebagai metode umum pendidikan. Metode ini dikuasai oleh semua pendidik tradisional, lewat pengalaman, tidak memerlukan pendidikan dan latihan khusus. Metode ini yang digunakan oleh orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama. Orangtua memperoleh kemampuan mendidik anak mereka secara turun temurun dalam keluarga. Metode pendidikan dalam keluarga ini utamanya berupa pembiasaan dan peneladanan. Metode pembiasaan dan peneladanan, dalam batas – batas tertentu, juga digunakan dalam pendidikan formal (di sekolah) dan non formal (di masyarakat).
b. Metode Pengajaran. Metode ini yang digunakan dalam pendidikan formal di sekolah. Pendidik, khususnya guru, perlu mempelajari metode pembelajaran. Metode pengajaran terkait erat dengan ilmu mengajar pada umumnya (didaktik) dan ilmu cara mengajarkan mata pelajaran tertentu (metodik). Didaktik dan metodik tercakup dalam ilmu mendidik (pedagogic), yang dalam UU Guru dan Dosen masuk kategori kompetensi pedagogic.
c. Metode Penelitian Pendidikan. Metode ini termasuk metode pendidikan khusus yang digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan. Metode penelitian pendidikan selain untuk mengevaluasi pelaksaan program pendidikan, sejauh mana pelaksanaan pendidikan telah mencapai tujuan yang ditetapkan, juga untuk mengembangkan pendidikan itu sendiri. Yang termasuk dalam metode penilitian penelitian pendidikan antara lain survey dan eksperimen dengan alat ukur seperti tes, wawancara, observasi, dan kuisioner. Metode penelitian pendidikan tidak akan dibicarakan lebih lanjut di sini melainkan sebagai mata kuliah tersendiri.
4. Metode Pengajaran
a. Ceramah
Metode ceramah atau kuliah, juga disebut straegi guru bicara. Metode ini sesuai untuk mengajarkan fakta – fakta itu sendiri diperlukan dalam kehidupan. Ceramah mampu menantang imaginasi setiap pelajar, membangkitkan keingintahuan, mengembangkan semangat inkuri, dan mendrong kreativitas. Metode ceramah, dengan berbagai bentuknya, telah dipergunakan sejak lama sebelum masehi. Kemudian, dalam pertengahan kedua abad ke – 5, Kaum Sofis Yunani Kuno menggunakan ceramah sebagai pembelajaran berpikir cermat. Kata “ceramah” itu sendiri berasal dari kata Latin legoyang berarti “membaca”. Selanjutnya, lego secara umum diberi arti “mengajar”, dan bentuk pengajaran mencatat, dan sering disebut sebagai “metode ceramah”. Definisi yang terakhir tentang ceramah modern adalah suatu metode mengajar dengan hal mana guru memberikan paparan lisan tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
b. Diskusi
Melalui diskusi pelajar dapat memperoleh keuntungan dari kontak pemikiran guru dan juga dengan pelajar lain. Metode ini membantu guru untuk memfasilitasi kedua-duanya.
Sesungguhnya orang mulai berdiskusi sejak mereka mulai berbicara. Tetapi sebagai suatu metode pengajaran formal metode diskusi digunakan sejak peradaban Yunani dan Romawi kuno. Metode diskusi diberi batasan sebagai suatu kegiatan dalam hal mana orang berbicara bersama dalam rangka memberikan informasi tentang suatu pokok pembicaraan atau masalah, atau untuk mencari jawaban tentang masalah berdasarkan atas semua bukti yang memungkinkan. Dalam hal ini mencakup berbagai kategori diskusi, yaitu diskusi seluruh kelas, diskusi kelompok kecil, diskusi terpimpin, diskusi bebas, diskusi tak terpimpin.
c. Latihan dan Praktik
Metode ini untuk meyakinkan hasil pembelajaran khusus yang menggunakan kreativitas guru untuk meningkatkan perhatian siswa yang menyenangkan. Sebagai prosedur belajar, latihan sering dibedakan dengan praktik. Latihan berkenaan dengan perasaan mendalam (fiksasi) tentang asosiasi khusus untuk mengingat secara otomatis dan prakik berkaitan dengan peningkatan. Misalnya, latihan mengucapkan, dan praktik menuliskan. Guru perlu mencai cara dalam menggunakan latihan dan praktik untuk membantu siswa memperdalam atau memperbaiki keterampilan motorik yang mendasar, kebiasaan, keterampilan mental untuk menjadikannya lebih bermakna, tepat dan bermanfaat.
d. Belajar Bebas
Merupakan suatu strategi yang penting dalam pembelajaran yang menganjurkan pemakaian penuh berbagai lingkungan belajar. Dulu orang berpendapat bahwa metode belajar bebas hanya dapa digunakan bagi anak yang berbakat secara akademik. Tetapi sekarang, banyak pendidik sepakat bahwa belajar bebas dapat digunakan bagi semua anak, baik yang berbakat akademik maupun yang kurang berbakat.
Bagi para pelajar, belajar bebas dapat hanya terbatas pada penambahan pengetahuan melalui pencarian jawaban terhadap masalah – masalah yang diberikan guru. Metode ini memberikan keberhasilan yang berbeda – beda, tetapi dapat berlaku bagi para siswa dalam semua usia dan tingkat kemampuan yang bermacam – macam dan dapat lebih berhasil dari kelas yang tidak menggunakan metode tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar